Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

ARSIP

LOGO WORLD CUP DARI MASA KE MASA

Selasa, 04 Juni 2013


Inilah logo World Cup dari tahun 1930 yang diselenggarakan perdana di Uruguay sampai tahun 2022 yang akan diselenggarakan di Qatar.

1. Uruguay (1930)


2. Italia (1934)

3. Perancis (1938)

4. Brazil (1950)

5. Swiss (1954)

6. Swedia (1958)

7. Chili (1962)

8. Inggris (1966)

9. Meksiko (1970)

10. Jerman Barat (1974)

11. Argentina (1978)

12. Spanyol (1982)

13. Meksiko (1986)

14. Italia (1990)

15. Amerika Serikat (1994)

16. Perancis (1998)

17. Korea & Jepang (2002)

18. Jerman (2006)

19. Afrika Selatan (2010)

20. Brazil (2014)

21. Rusia (2018)

22. Qatar (2022)

EURO 2008, KEJAYAAN SEPAKBOLA INDAH

Minggu, 26 Mei 2013



Sebelumnya, sepak bola indah sempat dinilai hanya enak ditonton tapi tak menjamin kemenangan, bahkan rentan kalah. Apalagi, di Piala Eropa 2004, Yunani membuktikan diri sebagai juara, meski sepak bolanya tak indah. Mereka hanya bermain pragmatis, fokus pada pertahanan, kemudian mencuri gol lewat serangan balik.

Keindahan Portugal yang sempat dinilai "Brasil Eropa" juga diredam oleh pragmatisme Yunani. Demikian juga dengan Spanyol dan Perancis merasakan sengatan Yunani.

Namun, penilaian itu terbantahkan oleh Piala Eropa 2008. Di sini, sepak bola indah dan menyerang berbicara. Belanda tetap memamerkan sepak bola menyerang hingga sangat produktif, menghajar Italia 3-0, Perancis 4-1, dan Rumania 2-0. Belanda memang akhirnya kalah dari Rusia dan publik pun kembali meragukan efektivitas sepak bola menyerang dan indah.

Tapi, itu kembali dibantah oleh Spanyol. Tim yang didominasi pemain Barcelona ini, seolah menerapkan permainan indah dan menyerang klub Catalan tersebut. Dan, Spanyol memang tampil mengagumkan.

Di penyisihan grup, mereka menghajar Rusia 4-1, dan masing masing menang 2-1 atas Yunani dan Swedia. Lalu, mereka menundukkan Italia 4-2 dan menghajar Rusia lagi 3-0. Di final, Spanyol menang 1-0 atas Jerman.

Spanyol yang setelah juara Piala Eropa 1964 tak pernah meraih gelar internasional, kini menemukan kejayaan lagi. Bahkan, Piala Eropa 2008 seolah menjadi ajang bagi tim Spanyol untuk menunjukkan kekuatan mereka. Rekor luar biasa mampu mereka catat.

"La Furia Roja" juga mencatatkan sejarah dalam Piala Eropa yang berlangsung di Austria dan Swiss ini. Tim yang kala itu dilatih oleh Luis Aragones menjadi tim kedua yang mampu memenangkan semua laga di penyisihan grup dan keluar sebagai juara. Satu tim lain yang bisa menyamai rekor itu adalah Perancis pada Piala Eropa 1984. Selain itu, Spanyol menjadi tim pertama yang tak pernah terkalahkan setelah Jerman di Piala Eropa 1996.

Gelar Kedua La Furia Roja

Ketangguhan Spanyol makin terlihat saat dua pemainnya merebut gelar sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik Piala Eropa 2008. Striker David Villa menjadi striker tersubur dengan mencetak 4 gol, sementara gelandang Xavi Hernandez tampil sebagai pemain terbaik.

Tampilnya Spanyol sebagai juara memang sedikit melenceng dari yang diprediksi orang. Sebelumnya, yang difavoritkan justru Portugal yang tampil dengan pemain terbaik mereka, Cristiano Ronaldo, atau Belanda yang tampil penuh determinasi.

Portugal secara mengenaskan takluk di tangan Jerman yang sebenarnya tak difavoritkan ketika bertemu pasukan Luiz Felipe Scolari tersebut. Sementara Belanda lebih tragis kalah 1-3 dari Rusia yang ironisnya ketika itu ditangani oleh pelatih asal Belanda, Guus Hiddink. Fakta yang lebih mengejutkan tentulah kegagalan Perancis lolos dari penyisihan Grup C setelah hanya memetik satu poin saja.

Selain catatan di atas, ada beberapa fakta menarik yang bisa dicatat dalam pagelaran Piala Eropa kali ini. Swiss dan Austria untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Piala Eropa. Austria juga membuat debutnya di ajang empat tahunan ini bersama Polandia. Sayang, debut keduanya diakhiri dengan kegagalan lolos dari babak penyisihan grup dan hanya mampu meraih satu poin dari tiga laga yang dijalani.

Namun, itu hasil yang adil. Sebab, di Piala Eropa 2008 ada tim yang sedang menemukan bentuk sepak bola luar biasa. Tim itu tak lain adalah Spanyol. Mereka tak hanya memamerkan sepak bola indah, tapi juga efektif. Spanyol pun akhirnya menjuarai turnamen dan sekaligus menegaskan kemenangan sepak bola indah dan menyerang.

Data Piala Eropa 2008
Juara: Spanyol (mengalahkan Jerman di final dengan skor 1-0)
Pencetak gol terbanyak: 4 gol - David Villa (Spanyol)
Pemain terbaik: Xavi Hernandez (Spanyol)
Musik resmi: Can You Hear Me oleh Enrique Iglesias
Maskot: Trix and Flix
Slogan: Expect Emotions
Statistik
Peserta: 16
Jumlah pertandingan: 31
Jumlah gol: 77
Rata-rata gol per partai: 2,48
Jumlah penonton: 1.140.902
Rata-rata penonton per partai: 36.803
Top skorer: 4 gol - David Villa (Spanyol)
Pemain terbaik: Xavi (Spanyol)

Sumber: Kompas.com

EURO 2004, JUARA KEJUTAN DARI NEGERI SERIBU DEWA



Bicara mengenai Piala Eropa 2004 adalah bicara mengenai Yunani. Bagaimana tidak, Negeri Seribu Dewa ini membalikkan segala prediksi dengan membuat kejutan dan menjadi juara.

Hadir di Portugal tanpa pemain berstatus bintang, Yunani sempat dipandang sebelah mata. Apalagi mereka berada di grup kuat bersama tuan rumah, Spanyol dan Rusia.

Di pertandingan pertamanya A skuad besutan Otto Rehhagel sudah berhasil mengalahkan Portugal. Ini menjadi awal kejutan yang dilakukan Theodoros Zagorakis cs.

Yunani maju ke perempat final mendampingi Portugal sebagai juara Grup A. Prancis kemudian mereka singkirkan lewat gol semata wayang Angelos Charisteas.

Sampai di situ Yunani masih dianggap hanya beruntung. Namun mereka tak terlalu pusing dan terus melaju. Di babak semifinal Republik Ceko mereka gebuk 1-0 lewat gol Traianos Dellas di perpanjangan waktu.

Yunani lolos ke final untuk menghadapi Portugal lagi, yang di semifinal menyingkirkan Belanda 2-1. Pada final di Estadio De Luz, Lisbon yang dipadati oleh 62.685 penonton, keperkasaan Yunani terbukti.

Gol Charisteas pada menit ke-57 memastikan kemenangan Yunani, sekaligus membungkan pendukung Portugal yang telah bersiap menggelar pesta.

Yunani Berpesta

Masih ada kejutan lain di mana tim tangguh Jerman, Italia dan Spanyol sudah harus tersingkir di babak grup. Sementara Inggris hanya menembus perempat final sebelum disingkirkan oleh Portugal lewat adu penalti setelah bermain imbang 2-2. Pada drama adu penalti tersebut sang kapten David Beckham gagal sebagai eksekutor.

Kemenangan Yunani tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kekuataan sepakbola di Eropa sudah mulai berimbang. Pada turnamen tersebut pemain yang berhak mendapatkan sepatu emas adalah Milan Baros (Republik Ceko) yang mencetak lima gol.

Putaran final Euro 2004
Tuan rumah: Portugal
Waktu: 12 Juni – 4 Juli
Tim: 16
Juara: Yunani
Runner up: Portugal
Jumlah pertandingan: 31
Total gol: 77  (2,48 per game)
Topskorer: Milan Baros (Republik Ceko) - 5 gol
Pemain terbaik: Theodoros Zagorakis (Yunani)
Partai final: Portugal 0 vs Yunani 1
Waktu: 4 Juli 2004
Tempat : Luz Stadium, Lisbon
Penonton: 62.865
Gol : Charisteas 57
Wasit : Markus Merk (Jerman)

Sumber: Kompas.com

EURO 2000, DISELENGGARAKAN DI DUA NEGARA



Putaran final tahun 2000 merupakan tahun perintis bagi dunia sepakbola. Untuk pertama kalinya, pertandingan kelas dunia digelar di dua negara, Belanda dan Belgia. Langkah yang diambil UEFA ini untuk membuktikan bahwa sepakbola tidak mengenal kata perbatasan untuk bisa bermain. Untunglah, ajang Eropa ini berhasil membuktikan dengan kesuksesan penyelenggaraan saat itu.

Tercatat jumlah peserta meningkat dengan mencapai 50 negara peserta. Sebelumnya di Euro 1996, hanya 47 peserta yang mengikuti ajang bergengsi ini. Hal ini pun berimbas pada jumlah gol yang tercetak. Dari 64 gol (1996) menjadi 89 gol, ini jumlah gol terbanyak dalam sejarah Piala Eropa.

Tidak hanya itu, tahun 2000 juga merupakan tahun penutup kesuksesan bagi tim 'Ayam Jago'. Julukan jawara sejati patut menjadi milik Prancis. Di akhir dekade 90an, negara asal Napoleon Bonaparte ini sukses menyandingkan Piala Dunia dan Piala Eropa.

Andalan Prancis Zinedine 'Zizou' Zidane kembali menjadi pahlawan bagi Prancis. Jika saja Zidane tidak berhasil menyarangkan bola ke gawang Portugal, sudah dipastikan Prancis tidak akan lolos ke final. Tendangan keras Zizou yang lansung meluncur ke kiri atas gawang tidak bisa dihalau kiper Vitor Baia.

Dengan hasil demikian, bersama Italia tim Prancis menuju Rotterdam untuk memperebutkan posisi teratas di eropa. Di partai penentuan, kedua tim tampil habis habisan. Italia lebih dulu unggul 1-0 di menit ke 55 lewat Marco Delvecchio. Prancis terus ditekan, akan tetapi dua kesempatan emas untuk Itali gagal dieksekusi oleh Alessandro Del Piero.

Baru di babak kedua, Prancis mulai menampilkan permaianan seorang juara dunia. Kelincahan Zizou kembali mempecudangi para pemain Italiano. Prancis menyamakan kedudukan lewat Silvain Wiltord di menit 94. Langsung disusul golden goal David Trezeguet yang membawa Prancis menuju kemenangan.

"Dimulai gerakan fantastis dari Robert Pires yang berhasil mengelabui Cannavaro. Pires langsung memberi umpan silang kepada saya. Dan saya tidak menyia-nyiakan hal itu," kenang Trezeguet tentang golnya saat itu.
Kesuksesan Prancis membuktikan bahwa negara pusat fashion ini juga memiliki pemain sekaliber Pele, Cruyff dan Maradona. Zinedine Zidane yang keturunan Aljazair itu merupakan salah satu pemain terbaik dunia.

Perancis Menjadi Kampiun Di Euro 2000

Sayangnya, jagoan baru Eropa Republik Ceko dan juara bertahan Jerman tidak bisa berbuat banyak. Dua negara ini langsung tumbang di babak pertama. Tetapi tetap saja Euro 2000 adalah suatu terobosan yang memikat dunia di awal abad 21.

Putaran final Euro 2000
Tuan rumah: Belgia & Belanda
Waktu: 10 Juni – 2 Juli
Tim: 16
Juara: Prancis
Runner up: Italia
Jumlah pertandingan: 31
Total gol: 85  (2,74 per game)
Topskorer: Patrick Kluivert (Belanda), Savo Milosevic (Yugoslavia) - 5 gol
Pemain terbaik: Zinedine Zidane (Prancis)
Partai final: Prancis 2 vs Italia 1
Waktu: 2 Juli 2000
Tempat: Stadion Feijenoord, Rotterdam
Penonton: 48.200
Gol: Delvecchio 55; Wiltord 90, 103
Wasit: Anders Frisk (Swedia)

Sumber: kompas.com

EURO 1996, TIM UNGGULAN TAKLUK



Semua kejutan. Itulah yang terjadi di kampung halaman sepakbola,  Inggris. Tersingkirnya tuan rumah dan beberapa favorit lain menjadi sesuatu yang tidak terduga di Piala Eropa 1996.

Stadion Wembley di London menjadi saksi sejarah sebuah perjuangan negara yang tidak diunggulkan di pentas Eropa tersebut. Republik Ceko melesat di deretan tim-tim terdepan setelah menghempaskan Italia 2-1. Lewat gol yang tercipta dari Pavel Kuka dan Radek Bejbl Ceko lolos ke putaran perempatfinal.

Hasil menyedihkan untuk Italia ini harus dibayar pelatih Arrigo Sacchi. Langkahnya yang mengistirahatkan beberapa pemain kunci malah menjadi senjata makan tuan saat menghadapi Ceko. Sacchi pun didepak dari posisinya sebagai pelatih kepala Azzurri.

Sementara bagi Republik Ceko yang baru saja berpisah dari Slovakia ini merupakan prestasi yang tidak terkira. Tidak hanya bisa maju ke perempatfinal, mereka tenyata mampu untuk sampai di babak terakhir. Sayangnya, di final Ceko harus mengakui keunggulan Jerman 1-2. Harapan menjadi jawara Eropa lepas dari tangan Pavel Nedved dkk.

Sedangkan bagi Tim Panser, usaha mereka yang terjegal Denmark di final Piala Eropa 1992 telah terbayar. Beruntunglah Jerman yang memiliki pemain sekaliber Oliver Bierhoff. Dua gol yang disarangkan kakinya-lah yang membuat Jerman berhasil memboyong Piala Henri Delaunay.

Gelar Ketiga Jerman

Golden goal yang dicetak Bierhoff di menit ke-95 merupakan momen tak terlupakan. Pelatih Berti Vogts menuai pujian karena keputusannya mengganti Mehmet Scholl dengan Bierhoff di menit-menit terakhir. Jika saja Vogts tidak menurunkan Bierhoff, belum tentu negara asal Hitler ini bisa jadi jawara Eropa.

Euro 1996 memang pantas menjadi ajang Piala Eropa yang paling dikenang. Terpuruknya Inggris sebagai tuan rumah dan munculnya jagoan baru Republik Ceko membuat ajang euro saat itu tidak bisa diramalkan. Apalagi aturan Golden Goal yang mulai digulirkan untuk pertama kalinya membuat pertandingan saat itu menjadi sesuatu yang dramatis.

Putaran final Euro 1996
Tuan rumah: Inggris
Waktu: 8-30 Juni
Tim: 16
Juara: Jerman
Runner up: Republik Ceko
Jumlah pertandingan: 31
Total gol: 64  (2,06 per game)
Topskorer: Alan Shearer (Inggris) - 5 gol
Pemain terbaik: Jurgen Klinsmann (Jerman)
Partai final: Jerman 2 vs Republik Ceko 1
Waktu: 30 Juni 1996
Tempat: Stadion Wembley London
Penonton: 73.611
Gol: Berger 59-pen; Bierhoff 73; Bierhoff 95
Wasit: Pierluigi Pairetto

Sumber: kompas.com

EURO 1992, KEJUTAN DARI TIM "DINAMIT" DENMARK


Tim Denmark membuat kejutan besar di Piala Eropa. Datang sebagai pengganti Yugoslavia yang dicabut partisipasinya menyusul konflik di Balkan, Brian Laudrup dan kawan-kawan malah tampil sebagai juara.

Tak hanya itu keberuntungan yang didapatkan anak-anak Skandinavia itu. Di babak penyisihan grup mereka juga nyaris tersingkir jika tak dibantu oleh tuan rumah Swedia.

Hanya mampu menahan imbang Inggris (0-0) dan mengalahkan Swedia (1-0), Demark harus menang dalam pertandingan penyisihan terakhir melawan Prancis, sambil berharap Swedia mengalahkan Inggris.

Dewi fortuna tampaknya masih melindungi skuad Richard Moller-Nielsen, setelah striker Swedia Thomas Brolin berhasil melesakkan gol penentu yang menaklukkan Inggris 2-1. Denmark pun lolos karena di saat bersamaan berhasil mengalahkan Prancis dengan skor sama, 2-1.

Di semifinal, Denmark memulai kejutannya. Juara bertahan, Belanda, mereka taklukkan lewat adu penalti. Sebelumnya, Henrik Larsen menceploskan dua gol, yang disamakan oleh Dennis Bergkamp dan Frank Rijkaard.

Adalah Peter Schmichel, kiper Denmark, yang menjadi pahlawan dalam pertandingan itu. Pemain Manchester United itu berhasil mengeblok eksekusi penalti pemain terbaik Eropa 1988, Marco Van Basten, dan mengantar Denmark menantang Jerman di final.

Denmark Berpesta

Pertandingan final Denmark versus Jerman ibarat pertandingan David vs Goliath. Juara dunia 1990 itu sangat diunggulkan. Namun, Denmark tak mau berhenti. Tim Panser pun terjungkal lewat gol-gol John Jensen dan Kim Vilfort. Hasil yang luar biasa buat skuad yang hanya punya waktu 11 jam untuk berbenah diri dan bertolak ke Swedia. Piala Eropa 1992 memang identik dengan kejutan Denmark.

Putaran final Euro 1992
Tuan rumah: Swedia
Waktu: 10-26 Juni
Tim: 8
Juara: Denmark
Runner up: Jerman
Jumlah pertandingan: 15
Total gol: 32  (2,13 per game)
Topskorer: Karl Heinz Riedle (Jerman), Henrik Larsen (Denmark), Thomas Brolin (Swedia),
Dennis Bergkamp (Belanda) - 3 gol
Partai final: Denmark 2 vs Jerman 0
Waktu: 26 Juni 1992
Tempat: Ullevi, Gothenburg,
Penonton: 37,800
Gol: Jensen 18, Vilfort 78
Wasit  : Bruno Galler (Swiss)

Sumber: Kompas.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pencarian

Translate