Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

ARSIP

MENINGGALNYA PENJAGA GAWANG ROBERT ENKE

Minggu, 30 Desember 2012


Pada 10 November 2009 silam, sepak bola Jerman mendapat berita duka cita. Penjaga gawang yang sempat mencicipi seragam Der Panzer, Robert Enke meninggal dunia.

Kronologis kematian mantan penjaga gawang Hannover ini pun cukup ironis. Dengan kecepatan 160 kilometer per jam, sebuah kereta api jurusan Hamburg-Bremen menabrak sang pemain.

Diduga kuat, Enke sengaja untuk membiarkan nyawanya melayang. Penyebabnya adalah wafatnya sang kakak perempuan Enke 2006 silam. Terlebih, pihak kepolisian menemukan sebuah surat wasiat, yang tak dibeberkan isinya.

Karier internasional Enke sejatinya cukup cemerlang. Pada medio 2000-an awal, dirinya memang masih menjadi opsi setelah Oliver Kahn dan Jens Lehmann.

Saat Lehmann gantung sepatu pada 2008, Enke lantas diproyeksikan sebagai penjaga gawang utama. Sayang, peristiwa ini terpaksa mengubur skenario Enke sebagai penjaga gawang timnas Jerman pada Piala Dunia 2010. (duniasoccer)

BERSATUNYA PERSEPAKBOLAAN JERMAN



Runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur menjadi salah satu momen istimewa 1989-1990. Setelah sempat terpisah pasca-Perang Dunia II, dua negara itu pun reunifikasi pada 3 Oktober 1990.

Reunifikasi itu pun diikuti di dunia sepak bola. Asosiasi Sepak Bola Jerman Barat (DFB) pun dilebur dengan Asosiasi Sepak Bola Jerman Timur (DFV). Nama yang dipakai tetap menggunakan DFB yang lebih universal.

Sebelum ada reunifikasi itu, kedua negara sempat muncul dengan bendera masing-masing. Jerbar tampil sebagai yang terbaik di Piala Dunia 1954, 1974, dan 1990, sementara Jertim memenangi medali emas Olimpiade 1976.

Salah satu partai yang paling menarik saat dua negara itu terbelah terjadi di Piala Dunia 1974. Meski bermain di kandang sendiri, Jerbar kalah 0-1 dari tetangganya.

Pada akhir 1989, kekokohan Tembok Berlin yang memisahkan dua Jerman runtuh. Hal tersebut disambut gembira rakyat kedua negara. Saat Jerbar menjuarai Piala Dunia 1990, rakyat Jertim sama bersukacitanya dengan saudaranya dari Jerbar.

Langkah pemerintah Jerman bersatu pada Oktober 1990 diikuti kedua asosiasi sepak bola satu bulan berselang. Timnas kedua negara pun bersatu. Hal tersebut membuat Jerman hanya muncul dengan satu nama pada kualifikasi Euro 1992 yang sejatinya Jerbar dan Jertim akan berada satu grup.

Lantaran bersatu pada pertengahan musim, liga kedua negara masih berjalan masing-masing. Restrukturisasi liga baru dilakukan pada 1991-92.

Sementara laga pertama usai reunifikasi terjadi pada 19 Desember 1990. Menghadapi Swiss, Jerman menang 4-0 di Stuttgart.

Pada laga tersebut, dua pemain eks Jertim "diselipkan" di skuad juara dunia Jerbar oleh pelatih Berti Vogts. Mereka adalah Mathias Sammer yang kemudian digantikan Andreas Thom pada menit ke-74.

Thom memperelok catatan debutnya. Satu menit menggantikan Sammer, dia langsung mencetak gol ketiga pada laga tersebut. (duniasoccer)

AWAL MULA DERBY DELLA CAPITALE



Tanggal 8 Desember 1929 menjadi awal mula salah satu rivalitas "indah" dalam sepak bola Italia. Lazio dan AS Roma bertemu untuk pertama kalinya dengan kemenangan menjadi milik Roma berkat gol penyerang Rodolfo Volk.

Disebut "indah" bukan karena permainan cantik atau hubungan menyenangkan di antara kedua kubu. Namun, karena gengsi dan aroma persaingan yang benar-benar kental terasa. Tensi tinggi antara kedua kubu memang sudah hadir bahkan sebelum laga pertemuan pertama kedua tim itu.

Roma didirikan pada 1927, dengan melakukan penggabungan tiga klub yang sudah ada di kota Roma terlebih dulu. Konsolidasi ini dilakukan demi menciptakan tim yang lebih kuat di kawasan Italia utara yang bisa bersaing dengan tim mana pun.

Lazio yang sudah berdiri lebih dulu, pada tahun 1900, menolak untuk menggabungkan diri dan menjadi satu-satunya tim besar dari Roma yang melakukannya.

Hasilnya, pertemuan pertama antara AS Roma dan Lazio menghadirkan gengsi tersendiri. Pertemuan pertama itu terjadi di ajang Serie A. Bermain di kandang Lazio, Campo Rondinella, I Giallorossi mengklaim kemenangan berkat gol dari Volk pada menit ke-73. Itu menjadi satu-satunya gol dalam laga tersebut.

Hingga kini rivalitas kedua tim terus tersaji. Keduanya sudah saling berhadapan dalam total 170 pertandingan, dengan Roma memenangi 63 di antaranya dan Lazio menang 47 kali. Teranyar, Lazio menang 3-2 pada November lalu di ajang Serie A.

Rivalitas antar dua tim asal Roma ini kemudian dikenal dengan sebutan Derby della Capitale. Derby ini menjadi salah satu derby terpanas yang ada dalam sejarah sepak bola, dengan beberapa insiden kekerasan sempat terjadi di antara kedua kubu. Salah satu momen terburuk terjadi pada 1979. Kala itu, seorang fans Lazio, Vincenzo Paparelli meninggal karena flare yang dibakar oleh salah seorang pendukung Roma. (duniasoccer)

SEJARAH PIALA WINNERS


UEFA Cup Winners' Cup adalah kompetisi sepak bola antar klub yang diikuti oleh para pemenang piala domestik di Eropa. Kompetisi ini pertama kali diadakan oleh panitia penyelenggara Mitropa Cup pada musim kompetisi 1960 - 1961 namun baru diakui oleh UEFA dua tahun kemudian, Piala Winners harus berakhir di musim 1998 - 1999 ketika UEFA memutuskan untuk menggabungkan kompetisi ini dengan Piala UEFA.

Sebelum penghapusannya, Piala Winners dianggap sebagai kompetisi paling bergengsi setelah Piala Champions dan diatas Piala UEFA, meskipun banyak komentator sepak bola menilai bahwa Piala Winners relatif lebih mudah untuk dimenangkan dibandingkan dua kompetisi mayor UEFA lainnya namun pada kenyataannya tak ada satupun klub yang mampu mempertahankan gelar Piala Winners mereka, termasuk klub-klub besar Eropa seperti FC Barcelona, Arsenal, AC Milan dan Manchester United.

Sejak tahun 1972 Juara Piala Winners dan Juara Piala Champions diadu untuk memperebutkan gelar Piala Super Eropa, kini hak untuk bertanding di Piala Super Eropa diberikan kepada juara Europa League (dulu disebut UEFA Cup).


Sejarah Piala Winners
Sukses yang diraih oleh Piala Champions Eropa dan Piala Fairs mengundang pemikiran tentang Suatu turnamen baru dengan format berdasarkan format Piala Champions namun dengan peserta para juara piala nasional.

Penyelanggaraan Piala Winners perdana di musim 1960 - 1961 tidak disambut antusias oleh klub top Eropa karena dua alasan ; pertama karena pada saat itu tidak semua negara Eropa memiliki kompetisi piala domestik, kedua karena pada dasarnya piala domestik kurang bergengsi jika dibandingkan dengan liga.

Banyak yang skeptis tentang kelanjutan kompetisi ini karena banyak klub besar yang memenuhi syarat, menolak untuk ikut serta diantaranya juara Copa del Rey, Atlético Madrid dan Juara Coupe de France AS Monaco.

Fiorentina Menjuarai Winners Cup Edisi Pertama

Akhirnya turnamen perdana hanya diikuti 10 klub tetapi setiap pertandingan umumnya ditonton dan direspon baik oleh masyarakat dan media. Sehingga dimusim kedua UEFA mengambil alih pengelolaan semua aspek kompetisi dan hasilnya semua klub yang memenuhi syarat bersedia untuk berpartisipasi di Piala Winners.

Sejak tahun 1968, semua negara anggota UEFA telah memiliki kompetisi piala domestik sendiri, hal ini semakin memantapkan posisi Piala Winners sebagai kompetisi antar klub paling bergengsi kedua di Eropa.

Bubarnya Piala Winners Eropa
Setelah pembentukan Liga Champions (sebelumnya disebut Piala Champion) pada awal 1990an, gengsi Piala Winners mulai menurun.

Apalagi sejak tahun 1997 UEFA memberikan jatah lebih bagi negara-negara kuat untuk tampil di Liga Champions.

Bersamaan dengan penambahan peserta Liga Champions, UEFA juga menambah peserta Piala Winners dari 32 menjadi 64 namun hal ini tidak mampu mendongkrak gengsi Piala Winners. Banyak tim besar yang menurut regulasi lama harusnya berkompetisi di Piala Winners sejak berlakunya regulasi baru berhak tampil di Liga Champions.

Sehingga di setiap musimnya Piala Winners hanya diikuti satu atau dua tim besar saja, hal ini membuat respon masyarakat semakin berkurang dan memaksa UEFA untuk mereformasi kompetisi mereka dengan cara menggabungkan Piala Winners dan Piala UEFA.

Data & Fakta Piala Winners:
Didirikan | 1960
Dihapus | 1999
Benua | Eropa (UEFA)
Peserta | 32 (putaran pertama)
Juara edisi pertama | Fiorentina - Italia
Juara edisi terakhir | Lazio - Italia
Klub tersukses FC | Barcelona ( 4 gelar )

SEJARAH LAHIRNYA PERATURAN BOSMAN



Pada 15 Desember 1995, Pengadilan Eropa mengeluarkan keputusan terhadap kasus yang melibatkan gelandang asal Belgia, Jean-Marc Bosman. Alhasil, keputusan itu menjadi cikal bakal munculnya Aturan Bosman dalam transfer pemain.

Aturan ini menyebutkan, sebuah klub tidak bisa menahan pemainnya untuk hengkang ke klub lain apabila masa kontraknya telah usai dan klub yang menginginkan pemain tersebut bisa merekrutnya tanpa biaya.

Berawal dari kasus Bosman pada 8 Agustus 1990 antara dia dan klubnya, RC Liege. Saat itu, RC Liege kukuh tidak membiarkan Bosman hengkang ke klub divisi dua Prancis dengan cuma-cuma, US Dunkerque. Padahal, kontrak kerja sama Bosman dengan klub asal Belgia itu telah berakhir.

Bosman Saat Berkostum RC Liege

RC Liege mematok harga 1.2 juta Belgia franc. US Dunkerque yang tadinya tertarik akhirnya mengurungkan niatnya untuk memboyong Bosman dengan alasan menolak membayar nilai transfer yang dibebankan oleh RC Liege.

Pengadilan Eropa lantas menganggap tindakan RC Liege sebagai bentuk pengekangan ilegal dalam aktivitas perdagangan yang dilarang oleh pasal 39(1) dari perjanjian masyarakat Eropa (EC Treaty).

Malangnya, ketika Pengadilan Eropa menjatuhkan keputusan, Bosman sudah lebih dulu gantung sepatu. Namun nama Bosman menjadi terkenal setelah adanya tetapan dari pengadilan yang kemudian lebih dikenal dengan Aturan Bosman.

Berkat Bosman, banyak klub yang memperoleh keuntungan. Pasalnya, mereka bisa merekrut pemain yang tak lagi terikat kontrak kerja sama dengan klub lamanya tanpa mengeluarkan biaya.

Mulai dari pemain tanpa nama besar hingga bintang lapangan hijau bisa saja direkrut klub lain tanpa mengeluarkan sepeser uang pun. Contohnya, AC Milan saat merekrut Jon Dahl Tomasson dari Feyenoord Rotterdam, Shanghai Shenhua yang berhasil mendapatkan Didier Drogba setelah tidak memperpanjang kontraknya bersama Chelsea dan masih banyak lagi. (duniasoccer)

SEJARAH TROFI JULES RIMET



Pada 1946, trofi Piala Dunia pada mulanya dinamai dengan sebutan Jules Rimet, diambil dari nama mantan presiden FIFA, Jules Rimet yang berperan dalam menggelar turnamen Piala Dunia pertama. Trofi tersebut diberikan kepada tim pemenang, tapi hanya tim yang sudah tiga kali juara bisa membawa pulang trofi tersebut secara permanen.

Jules Rimet

Trofi ini dibuat oleh seniman Prancis, Abel Lafleur. Trofi ini melambangkan sayap kemenangan. Memiliki berat 1,82 kg dan tinggi 30 cm, trofi ini dibuat dari emas murni. Piala Jules Rimet berbentuk patung emas sebesar botol dengan logo wanita yang melambangkan sayap. Dibawah trofi ini terdapat daftar pemenang piala dunia. Semasa perang dunia ke-2 piala ini disimpan oleh Presiden Fifa saat itu,yaitu Ottorino Barassi. Dia menyimpan piala itu dibawah ranjangnya di Italia agar tidak dicuri.

Abel Lafleur

Brasil adalah negara pertama yang berhasil tiga kali juara Piala Dunia, memenangi gelar ketiganya pada 1970 sehingga berhak atas trofi tersebut secara permanen. Sejak itu, Italia dan Jerman Barat juga mendapat trofi secara permanen. Namun pada 20 Desember 1983, trofi Jules Rimet dicuri dari markas Asosiasi Sepak Bola Brasil di Rio. Hingga kini, trofi tersebut tak ditemukan.

Hanya saja, rupanya itu bukan kali pertama trofi yang berukirkan figur dewi kemenangan Yunani, Nike, itu hilang dicuri. Pada 1966, jelang turnamen Piala Dunia dimulai di Inggris, trofi Jules Rimet juga lenyap. Beruntung, seekor anjing bernama Pickles menemukan trofi tersebut di bawah pagar taman. Pemilik anjing itu pun dihadiahi 6.000 pounds sebagai hadiah.

Anjing Pickles

Namun, pada kali kedua trofi Jules Rimet dicuri, piala dengan tinggi 35 cm dan berat 3,8 kg itu tak pernah lagi kembali. Untuk menggantikan trofi yang hilang, akhirnya Eastman Kodak membuat replika trofi tersebut dengan menggunakan 1,8 kg emas.

SEJARAH BERDIRINYA REAL MADRID FC

Jumat, 28 Desember 2012



Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola. Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institución Libre de Enseñanza, yang mendirikan Football Club Sky tahun 1897. Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900,yaitu New Foot-Ball de Madrid dan Club Español de Madrid. Dua tahun kemudian Club Español de Madrid terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret 1902. Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbao di final Piala Spanyol. Klub ini pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat itu klub dipimpin Adolfo Meléndez.

Logo Real Madrid dari Masa ke Masa

Tahun 1920, nama klub akhirnya berubah menjadi Real Madrid oleh Raja Alfonso, yang memberi nama Real, atau Royal, kepada klub itu. Sembilan tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga. Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di masa kepemimpinannya, Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun kembali, setelah rusak pada perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri.

Squads Real Madrid 1905-06

Salah satunya, dan yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stéfano. Jadilan Real Madrid klub multinasional pertama di dunia. Tahun 1955, Bernabeu bertemu Bedrignan dan Gusztáv Sebes, dan kemudian membentuk turnamen yang kini bernama Liga Champions. Madrid mendominasi Piala Champions (nama sebelum liga champions) dengan meraih trofi itu tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final.

Santiago Bernabeu Yeste

Real Madrid bisa dibilang merupakan tim yang paling sukses di dunia. Bagaimana tidak, berbagai gelar dan raihan jumlah gelar yang diperolehnya mungkin lebih banyak dibandingkan dengan tim-tim lainnya di dunia. Hal tersebut menjadi dasar FIFA menempatkan Real Madrid sebagai klub paling sukses sepanjang abad ke-20 dengan raihan 31 gelar Primera Liga Spanyol, 16 Piala Spanyol, 9 gelar Piala dan Liga Champions, dan  2 trofi Piala UEFA. Madrid merupakan founding member FIFA, pendiri G-14 (organisasi klub-klub terkemuka Eropa yang kini tukar nama menjadi Asosiasi Klub Eropa). Selain sarat akan sejarah, Real Madrid juga terkenal karena kemegahannya dan dihuni oleh pemain-pemain papan atas dunia. History itulah yang benar-benar telah melekat dan menjadikan Real Madrid sebagai klub yang paling glamour di jagad raya ini.

Real Madrid dikenal dengan dua nama sebutan, yakni Los Merengues dan Los Blancos. Namun kedua julukan itu sempat hilang, ketika di tahun 1980-an wartawan Julio César Iglesias mempopulerkan nama La Quinta del Buitre. Namun, di masa kepemimpinan Florentinao Perez (2000-2006), Real Madrid dikenal dengan nama Los Galacticos. La Quinta del Buitre, julukan ini lenyap bersamaan dengan perginya Butragueno, Michel, dan Martin Vasaquez apda era 90an. Julukan Los Galacticos mengacu pada pemain-pemain bintang yang diboyong selama rezim Florentino Perez, seperti Luis Figo, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham, serta satu bintang lokal Raul Gonzales.



NILS LIEDHOLM, AKTOR KEJAYAAN SWEDIA, AC MILAN DAN AS ROMA


Pada era 1950-an, Swedia memiliki tim terbaik. Mereka juga punya bakat-bakat terbaik. Salah satunya adalah Nils Liedholm.

Gelandang yang satu ini bermain elegan, tapi garang jika mendapat peluang. Bahkan, dia termasuk gelandang paling produktif di masanya. Tampil 477 kali bersama tiga klub berbeda, dia membukukan 127 gol. Rata-rata, dia pertandingan dia mencetak 0,28 gol. Termasuk produktif untuk ukuran gelandang.

Liedholm bersama Gunnar Gren dand Gunnar Nordahl merupakan trio maut baik buat timnas Swedia maupun di kub, terutama di AC Milan. Mereka sering disingkat menjadi Gre-No-Li. Trio yang selalu memamerkan kehebatan bermain bola dan membawa kejayaan.

Liedholm menjadi aktor utama kala membawa Swedia memenangkan medali emas cabang sepak bola di Olimpiade 1948. Kehebatannya kembali mencuat di Piala Dunia 1958. Dia membawa Swedia lolos ke partai final. Bertemu Brasil, Liedholm mencetak gol pembuka dan membuka peluang buat negaranya untuk juara. Namun, Brasil kala itu juga memiliki bocah ajaib. Dia adalah Pele. Pemain yang waktu itu berumur 17 tahun itu mencetak dua gol dan membawa Brasil tampil sebagai juara Piala Dunia dengan kemenangan 5-2.
Meski begitu, itu pencapaian terbesar Swedia di turnamen internasional. Sejak itu, mereka gagal mengulangnya lagi.

Bakat Liedholm bersinar sejak dia masih kecil. Saat umurnya baru 9 tahun, dia direkrut Valdemarsviks IF. Permainannya makin berkembang. Pada 1942, dia dibeli IK Sleipner dan pada 1946 pindah ke klub Swedia terbesar waktu itu, IFK Norrkoping.

Nils Liedholm di IFK Norrkoping

Namun, namanya baru mendunia setelah membawa Swedia meraih medali emas Olimpiade 1946. Permainannya menyita perhatian. Klub besar Italia, AC Milan, langsung merekrutnya bersama Gunnar Gren dand Gunnar Nordahl. Gre-No-Li pun pindah ke San Siro dan menghadirkan banyak gelar buat "I Rossoneri". Selain menghadirkan empat gelar Liga Serie-A, Liedholm juga membawa Milan meraih dua gelar Piala Latin.

Lidholm nyaris membawa Milan juara Piala Champions (sekarang Liga Champions) pada musim 1957-58. Sayang, di final Milan kalah 2-3 dari Real Madrid. Namun, bintang Madrid waktu itu, Alfredo Di Stefano mengatakan, dilihat dari permainan, seharusnya Milan yang tampil sebagai juara.

Nils Liedholm di AC Milan

Permainan Milan waktu itu memang menawan. Dan, otaknya adalah Liedholm. Maka, seusai pertandingan, Di Stefano meminta Liedholm bertukar kostum.

Kehebatannya membuat Liedholm dianggap pemain terbaik yang pernah dimiliki Swedia. Saat mengembuskan napas terakhirnya pada 5 November 2007, Swedia berkabung dan ucapan belasungkawa datang dari segala penjuru dunia.

Putra Gunnar Nordahl, Thomas Nordahl, mengatakan, "Paman Nils merupakan salah satu pemain dan pelatih terhebat di Swedia yang pernah ada."

Pengamat sepak bola dari radio Swedia, Ralf Edstrom yang juga pemain hebat Swedia pada era 1970-an, menyebut Liedhol sebagai duta Swedia yang membanggakan.

Setelah pensiun, Liedholm juga menjadi pelatih yang sukses. Dia membawa Verona dan Varese promosi ke Serie-A. Selain itu, dia juga beberapa kali menangani mantan klubnya, AC Milan. Pada 1963 dia menangani tim senior Milan. Dia pernah sukses membawa Milan juara Liga Serie-A muim 1978-79.

Suksesnya sebagai pelatih terjadi saat dia menangani AS Roma. Dia membawa klub itu juara Liga Serie-A musim 1982-83. Dia membawa Roma menjuarai Coppa Italia tiga kali, 1980-81, 1982-83, dan 1983-84. Bahkan, dia nyaris menghadirkan gelar Liga Champions buat Roma pada musim 1982-83, jika saja tak kalah adu penalti dari Liverpool di partai final.

Squads AS Roma 1982-83 dengan Nils Liedholm sebagai pelatihnya

Meski kebesarannya bergema setengah abad lalu, tapi Liedholm tetap menjadi inspirasi sepak bola Swedia. Dia dianggap gelandang garang yang tak hanya jago mengatur permainan, tapi juga garang di depan gawang lawan untuk mencetak gol demi gol.

Data Liedholm:
Nama lengkap: Nils Liedholm
Julukan: Il Barone
Tempat/Tanggal Lahir: Valdemarsvik, Swedia, 8 Oktober 1922
Meninggal dunia: 5 November 2007
Posisi saat bermain: Gelandang

Karier sebagai pemain: Valdemarsviks IF (1938–1943), IK Sleipner  (1943–1946), IFK Norrkoeping (1946–1949), AC Milan (1949–1961)

Karier pelatih: AC Milan (1963–1966), Verona (1966–1968), Monza (1968–1969), Varese (1969–1971), Fiorentina (1971–1973), AS Roma (1973–1977), AC Milan (1977–1979), AS Roma (1979–1984), AC Milan (1984–1987), AS Roma (1987–1989), Verona (1992), AS Roma (1997)

Gelar Sebagai Pemain
Bersama Timnas Swedia:
Meraih medali emas Olimpiade 1948

Bersama IFK Norrkoeping:
Juara Liga Swedia (2): 1946–47 and 1947–48

Bersama AC Milan:
Juara Liga Serie-A (4): 1951, 1955, 1957, 1959
Juara Piala Latin (2): 1951, 1956
Runner-up Liga Champions 1957-58

Gelar Sebagai Pelatih
Bersama AC Milan:
Juara Liga Serie-A (1): 1978-79

Bersama AS Roma:
Juara Liga Serie-A (1): 1982-83
Juara Coppa Italia (3): 1980-81, 1982-83, 1983-84

SEJARAH STADION ALLIANZ ARENA




Stadion Allianz Arena terletak di distrik atau wilayah Frottmaning di kota Munchen, pertama kali dibuka pada tahun 2005 dengan menampilkan pertandingan antara TSV 1860 Munchen dengan FC Nurnberg.
Stadion ini juga merupakan tempat untuk mengadakan perhelatan piala dunia tahun 2006, di desain oleh Firma Arsitektur Swiss dengan kapasitas kurang lebih 66.000 penonton. Lapisan luar dari stadion tersebut mempunyai betuk desain belah ketupat yang bisa diterangin dengan pencahayaan berbeda seperti merah, biru dan putih.

Awalnya stadion ini dimilliki oleh kedua klub TSV 1860 dan Bayern Munchen, namun setelah terjadinya krisis keuangan pada TSV 1860 maka Bayern Munchen mengambil 100% dari nilai saham atas kepemilikan stadion tersebut. hal tersebut wajar saja terjadi karena biaya kontruksi yang harus disediakan sangatlah mahal dan diluar anggaran yang sudah disesuaikan sebelumnya, namun pihak Bayern mendapat bantuan dari Negara dan Ibukota dengan jumlah yang cukup memadai untuk pembangunan yang akan dilakukan disekitar stadion tersebut.

Ada yang unik pada stadion Allianz Arena, seperti perubahan warna pada dinding luar arena stadion yang akan disesuaikan dengan klub mana yang sedang bertanding. Jika Bayern Muenchen yang sedang berlaga maka warna stadion akan berubah menjadi merah, sedangkan warna stadion akan merubah menjadi biru apabila TSV 1860 yang sedang bertanding.

Stadion juga akan berubah warna menjadi putih jika sedang digunakan oleh tim Jerman, perubahan warna dengan kombinasi putih, hijau dan biru akan terlihat jika stadion tersebut sedang digunakan untuk liga Champions.

Perubahan Warna Pada Stadion Allianz Arena

Selain adanya keunikan dalam pergantian warna pada setiap pertandingan yang berlangsung untuk masing-masing klub, stadion tersebut juga mempunyai rancangan yang ekslusif baik dari pengaturan jarak antara lapangan dan bangku tribun penonton, pemilihan jenis bangku, rangka ataupun desain penutup yang bisa melindungi penonton, sampai dengan pemilihan rumput serta ukuran arena lapangan.

Hal tersebut tidak luput dari rancangan yang dibuat oleh dua orang arsitektur ternama, stadion tersebut juga menyediakan parkir bawah tanah dengan klasifikasi tertentu untuk jenis-jenis mobil yang masuk dalam arena tersebut.

Rumput yang digunakan oleh stadion tersebut pun menggunakan rumput khusus yang hanya memerlukan waktu dua hari untuk bisa tumbuh dan mengakar didalam tanah, sehingga tidak membutuhkan waktu yang cukup lama jika akan melakukan persiapan atau pembenahan lapangan untuk menyambut pertandingan yang akan berlangsung. Lingkungan sekitar stadion pun cukup luas dan sangat srategis sehingga memudahkan akses bagi para pengunjung untuk melihat pertandingan ataupun hanya sekitar melihat-lihat bagaimana megah dan modernya stadion Allianz tersebut.

Rekontruksi Stadion Allianz Arena

Ini akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kota dan negara yang mempunyai stadion dengan arsitektur yang dinamis dan unik. Selain hal tersebut Allianz memberikan akses lewat dunia maya berupa foto-foto yang menampilkan bagaimana dan apa saja yang ada dalam bangunan stadion tersebut seperti halnya ruangan ganti, ataupun setiap sudut yang ada distadion Allianz.

Ini bisa memberikan kemudahan serta alternatif lain bagi para pengunjung yang tidak bisa melihat langusng ke lokasi stadion. Walaupun hanya dnegan menampilkan suasana stadion dengan foto-foto dan keterangan yang disampaikan, namun hal ini sedikit banyak bisa menghilangkan rasa penasaran tentang bagaimana stadion itu sebenarnya.

Tidak hanya tentang ruangan dan struktur bangunan yang ditampilkan namun Allianz juga memberikan informasi tentang bagaimana stadion itu dibuat bagi tata cara pengerjaannya hinga finishing yang dilakukan.

SHIRT SPONSORSHIP DI MLS

Selama ini ada satu fenomena menarik yang ada di Major League Soccer (MLS). Sejak pertama kali digulirkan pada 1996, ada peraturan yang tidak memperbolehkan klub memasang sponsor di bagian depan kostum. Hanya bagian belakang kostum yang dipasangi, itu pun oleh sponsor resmi MLS.

Akan tetapi, hal itu berubah dengan diperbolehkannya klub menjual space di bagian depan kostum kepada sponsor pada Juni silam. Perubahan itu langsung direspons Dave Checketts, pemilik Real Salt Lake. Dia langsung melakukan negosiasi dengan XanGo, perusahaan juice yang berbasis di Lehi, Utah.

Real Salt lake dengan XanGo sponsornya

Jumat, 17 November lalu, tercapai kesepakatan antara Real Salt lake dan XanGo dengan ditandatanganinya kontrak selama empat tahun dengan nilai mencapai lima juta dolar. Berdasarkan kesepakatan tersebut, logo XanGo akan mulai tampak di kostum klub itu pada musim kompetisi 2007. Jadilah Real Salt Lake sebagai klub MLS pertama yang memasang logo sponsor di bagian depan kostum.

Sebenarnya XanGo bukan perusahaan pertama yang logonya terpampang di kostum klub anggota MLS. Pada musim ini, logo Red Bull sudah terpampang di dada para pemain Red Bull New York –dulu bernama New York/New Jersey MetroStars.

Red Bull New York

Akan tetapi, Red Bull tak masuk hitungan sponsor karena perusahaan minuman kesehatan itu adalah pemilik klub yang berbasis di New York tersebut. Ya, terhitung sejak 9 Maret 2006 lalu, Red Bull resmi mengambil alih kepemilikan MetroStars dan mengubah nama klub itu menjadi Red Bull New York.

SEJARAH BERDIRINYA UDINESE CALCIO



Udinese didirikan pada tahun 1896 sebagai bagian dari Società Udinese di Ginnastica e Scherma, (Udinese Masyarakat Senam dan Anggar). Pada tanggal 5 Juli 1911, beberapa pesenam dari Udinese yang dipimpin oleh Luigi Dal Dan kemudian mendirikan Udinese AC, yang bergabung dengan FIGC. Selama periode awal ini, Udinese hanya berkiprah di kompetisi tingkat regional, Udinese gagal mencapai tahap nasional dan selalu tersingkir di Veneta Eliminatoria.

Pada tanggal 24 Agustus 1923, AS Udinese terpisah dari AC Udinese Friuli, dan klub terpaksa mengatur anggaran oleh dewan otonom. Untungnya, semua hutang dibayar oleh Presiden Torso Del Alessandro melalui penjualan beberapa lukisannya sehingga Udinese bisa bergabung dengan Divisi II.

Società Udinese di Ginnastica e Scherma

Udinese akhirnya memperoleh promosi ke Serie A setelah menjuarai divisi 2 nasional pada musim 1924-1925. Namun mereka hanya 1 musim saja di Serie A. karena musim selanjunya mereka kembali terdegradasi ke divisi 2.

Sejak terdegradasi di musim itu, udinese tidak pernah lagi mencicipi persaingan di Serie A. bahkan mereka sering kali terjembab ke Serie C.

Zebrette tetap di Serie B selama belasan tahun, dengan penampilan rata-rata dan terdegradasi ke Serie C. hingga pada musim 1949-50, Udinese kembali berkesempatan manggung di Serie A setelah merebut runner up di Serie B.

Udinese tetap berada di Serie A selama lima musim dan hampir menjuarai Scudetto bersejarah di musim 1954-55. Mereka finish di urutan ke dua di bawah AC Milan, namun naasnya justru mereka kembali di degradasi karena terlibat skandal judi. Hanya 1 musim saja di Serie B, mereka kembali ke Serie A. di musim-musim berikutnya Udinese menjelma menjadi klub yang cukup diperhitungkan, meskipun selalu gagal menjadi juara.

Periode tahun 60 - 70 an, merupakan periode buruk udinese, dimana selama belasan tahun mereka hanya berkutat di Serie C. sebelum bangkit kembali di tahun 80an, dan pertengahan 90. Hingga kini Udinese tetap gagal sekalipun meraih Scudetto, namun, cukup diperhitungkan di daratan Italia. Mereka kini di bawah presiden Pozzo, memiliki akademi muda terbaik di Italia yang sukses melahirkan bintang-bintang baru di italia, dan kerap mampu bersaing di papan atas Italia, walaupun hanya mengandalkan pemain-pemain temuan mereka sendiri.



Udinese mengalami beberapa kali perubahan nama yaitu, Società Udinese di Ginnastica e Scherma (1896 - 1911), Associazione Calcio Udinese (1911-1919), Associazione Sportiva Udinese (1919-1923), Associazione Calcio Udinese (1923 -1980).

Udinese pernah meraih gelar juara antara lain UEFA Intertoto Cup: 1 (2000) Mitropa Cup: 1 (1980), Anglo-Italian Cup: 1 (1978), Coppa Italia Primavera: 1 (1993), Campionato Nazionale Primavera: 1 (1981), Coppa Italia Serie C: 1 (1978), Juara Serie B : 1978/1979, 1955/1956.

SEJARAH JULUKAN UNIK PEMAIN SEPAKBOLA DUNIA

Jumat, 14 Desember 2012


Berikut ini adalah 10 pemain dengan julukan unik beserta asal-usul mengapa julukan itu diberikan kepada pemain yang bersangkutan.

1.      Yasar Duran - The Bucket (Sang Ember).

Penjaga gawang Turki di era 80-an ini mendapat ejekan (yang akhirnya menjadi nama julukan untuk dirinya) saat Turki dikalahkan Inggris dengan skor telak 8 gol tanpa balas.

2.      Edson Arantes do Nascimento - Pele.

Nama Pele sudah disematkan kepada legenda hidup Brasil ini saat dirinya masih anak-anak dikarenakan Pele selalu berpura-pura bermain bola sebagai kiper dengan nama 'Bile'. Namun karena ia selalu salah ucap, makanama 'Bile' itupun menjadi 'Pele'.

3.      Naohiro Takahara - The Sushi Bomber.

Takahara mendapat julukan ini ketika dirinya bermain untuk klub Bundesliga Jerman Hamburg SV dan Eintracht Frankfurt. Ketajaman striker Jepang ini tidak perlu diragukan lagi. Takahara mencetak 23 gol dari 57 penampilannya dengan timnas Jepang.

4.      Rene Higuita - El Scorpion (Si Kalajengking).

Julukan ini disematkan kepada Higuita setelah dirinya melakukan aksi penyelamatan yang unik mirip seekor kalajengking saat timnas Kolombia melawan Inggris di tahun 1995.

5.       Arjen Robben - The Man of Glass (Manusia Kaca).

Dibalik skill nya yang menawan, Robben memiliki kelemahan yaitu dirinya terlalu mudah mendapatkan cedera. Karena itulah winger asal Belanda ini dijuluki The Man of Glass.

6.       Stuart Pearce - Psycho (Si Gila).

Pearce terkenal dengan sliding tackle-nya yang berbahaya nan ganas ketika dirinya masih menjadi pemain sepakbola. Sering kali pemain lawan menjadi korban akibat tekelnya yang keras, bahkan rekan satu tim nya pun pernah merasakan tekel Pearce.

Karena itulah Pearce yang saat ini menjadi pelatih timnas Britania Raya di ajang olimpiade mendapat julukan 'Si Gila' ketika dirinya masih beraksi sebagai pemain di lapangan hijau.

7.      Richard Wright - Richard Wrong.

Wright adalah kiper yang pernah membela Arsenal dan Ipswich Town. Namun peforma Wright sangat jauh dari harapan para fans. Seringkali Wright melakukan kesalahan-kesalahan yang berakibat fatal bagi klubnya. Karena penampilannya yang selalu ceroboh maka fans membuat plesetan dari namanya yaitu 'Richard Wrong', dan nama itu pun akhirnya menjadi julukan bagi dirinya.

8.      Antonio Cassano - Peter Pan.

Tidak ada yang meragukan skill Cassano. Striker asal Bari ini merupakan salah satu talenta terbaik yang dimiliki oleh Italia.

Namun Cassano juga memiliki perangai buruk. Tak jarang Cassano bersikap liar dan kekanak-kanakan. Karena sikap inilah Cassano mendapat julukan Peter Pan, seorang pria yang tidak pernah bisa menjadi dewasa.

9.      Jason McAteer - Trigger.

Trigger adalah salah satu tokoh dalam sitkom Inggris yang cukup terkenal yaitu Only Fools and Horses. Para fans merasa bahwa karakter Trigger yang konyol dan bodoh sangatlah pas untuk McAteer.

Aksi bodoh McAteer yang paling terkenal adalah 'Tragedi Pizza' dimana ia meminta pelayan untuk memotong satu porsi pizza menjadi 4 bagian saja karena dirinya tidak terlalu lapar dan takut tidak bisa menghabiskan pizza tersebut.

10.  Gennaro Gattuso - Braveheart atau Rino.

Gattuso merupakan tipe gelandang pekerja keras yang tak kenal lelah. Dia merupakan pemain yang bertugas untuk merusak permainan tim lawan dengan mengandalkan fisik nya yang keras.

Dikarenakan permainannya itu tak jarang Gattuso dianggap mirip dengan karakter yang diperankan oleh Mel Gibson dalam film Braveheart. Selain itu, Gattuso juga mendapat julukan 'Rino' atau badak.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pencarian

Translate