Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

ARSIP

SEJARAH BERDIRINYA THE JAKMANIA

Jumat, 09 November 2012


The Jakmania berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Menteng. Setiap Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan kumpul bersama membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap bidang kepengurusan.

Tidak lupa juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut. Ide ini muncul dari Diza Rasyid Ali, manajer Persija waktu itu. Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Bang Yos (sapaan akrabnya)sangat menyukai sepakbola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali sepakbola Jakarta yang telah lama hilang baik itu tim maupun pendukung atau suporter.

Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok paling ideal disaat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain.

Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf J. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania.


Seiring dengan habisnya masa pengurusan, Gugun digantikan Ir. T. Ferry Indrasjarief. Ia lebih akrab disapa Bung Ferry. Masa tugas Bung Ferry adalah periode 1999-2001 dan kembali dipercaya untuk memimpin The Jakmania periode 2001-2003, 2003-2005.

Lelaki tinggi, tampan dan sarjana lulusan ITI Serpong inilah yang memimpin The Jakmania hingga 3 periode. Dibawah kepemimpinan Bung Ferry yang juga pernah menjadi anggota suporter Commandos Pelita Jaya, The Jakmania terus menggeliat. Organisasi The Jakmania ditata dengan matang. Maklum, Bung Ferry memang dibesarkan oleh kegiatan organisasi. Awalnya, sangat sulit mengajak warga Jakarta untuk mau bergabung.

Beruntung, pengurus menemukan momentum jitu. Saat tim nasional Indonesia berlaga pada Pra Piala Asia, mereka menyebarkan formulir di luar stadion. Dengan makin banyaknya anggota yang mendaftar sekitar 7200 anggota, dibentuklah Kordinator Wilayah (Korwil).

Dan sampai pendaftaran terakhir saat ini terdapat lebih dari 30.000 anggota dari 50 Korwil. Setelah diadakan Pemilihan Umum Raya 2005, untuk memilih Ketua Umum yang baru, akhirnya terpilihlah Ketua Umum Baru periode 2005-2007 yaitu Sdr. Hanandiyo Ismayani atau yang bisa dipanggil dengan Bung Danang.

SEJARAH BERDIRINYA SRIWIJAYA MANIA SUMSEL



Pada tahun 2004 pemprov Sumatera selatan melakukan take over pembelian Klub sepak bola jawa timur Persijataim Solo yang saat ini berubah nama menjadi Sriwijaya fc. Untuk mendukung tim kebanggan kota Palembang sriwijaya fc yang berlaga didivisi utama, maka dibentuklah suatu komunitas pencinta sepak bola Palembang yang bernama fans sriwijaya mania yang didirikan oleh beberapa orang saja.

Setelah musim kompetisi liga Indonesia tahun 2004 berakhir, kelompok suporter sriwijaya fc yang dulu nya bernama fans sriwijaya berubah nama menjadi sriwijaya mania yang dipimpin oleh saudara Masyahiril S.pd. Setelah menjabat sebagai ketua umum sriwijaya mania yang pertama priode 2005/ 2006 banyak masyarakat yang bergabung menjadi kelompok suporter sriwijaya mania. Pada tahun 2005 jumlah anggota sriwijaya mania semakin bertambah banyak hinga ke daerah-daerah yang berada di Sumatera Selatan. Pada tahun 2005 kompetisi baru berjalan setengah kompetisi, kelompok suporter sriwijaya fc , sriwijaya mania yang dipimpim Masyahiril terpecah menjadi dua, dan memisahkan diri dari sriwijaya mania dan muncul lah kelompok suporter baru di Palembang yang di dirikan oleh 8 orang yang menamakan kelompok suporter mereka singa mania.

Perpecahan yang terjadi ditubuh sriwijaya mania ini disebabkan oleh kurang nya tranparansi sistem kemajemenan yang dipimping oleh masyahiril. Beberapa anggota lama sriwijaya mania yang merasa kurang puas atas kinerja masyahiril selama ini melakukan pemberontak dan membuat kelompok suporter baru yang mereka namai singa mania yang di perkasai oleh 8 orang. Setelah masa kerja ketua umum sriwijaya mania masyahiril usai diadakanlah pemilihan ketua umum baru sriwijaya mania untuk priode 2006/2007, dalam rapat pemilihan ketua umum yang di selengarakan dan di hadiri oleh perwakilan masing-masing korwil terpilihlah Marthin Avetama S.E. A.K sebagai ketua umum sriwijaya mania priode 2006/2007. Selama kepemimpinan Marthin Avetama kelompok suporter ini menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan banyak pencinta bola yang bergabung menjadi anggota sriwijaya mania. Tidak lama masa kepemimpinan ketum sriwijaya mania Marthin Avetama, ada berberapa orang anggota sriwjaya mania yang membelot dan tidak setuju atas kinerja Mathin Avetama selama ini.

Pada tahun 2006 diadakan lah rapat mendesak yang menuntuk diadakan nya pergantian ketua baru. Dalam rapat yang diadakan terjadi perpecahan suara antara kedua belah pihak, ada beberapa korwil yang tidak setuju atas kinerja ketua lama selama ini menuntut ada nya pemilihan ketua baru dan ada pula yang menentang atas tindakan sepihak atas pemilihan ini. Dalam Rapat ini terpilihlah keputusan sepihak yang terpilihnya ketua umum baru Sriwijaya Mania. Pada saat terjadi rapat pemilihan ketua yang baru ketua umum sriwijaya mania sedang berada di jakarta. Korwil-korwil yang merasa tidak setuju atas terpilihnya ketua baru yang bernama Rendra ini, memutuskan untuk terus mendukung Marthin Avetama dan membentuk suporter sendiri yang lebih independent dan mandiri. pada tahun 2007 setelah pemisahan diri Marthin Avetama dan para pendukung nya membentuk kelompok suporter baru yang bernama SRIWJAYA MANIA SUMSEL.

Di tahun 2011, 2 kelompok supporter Sriwijaya FC kemudian digabung menjadi BELADAS (BELA ARMADA SRWIJAYA FC). Kelompok supporter ini terdiri dari Korwil Simanis (Sriwijaya Mandiri Supporter) yang dipimpin oleh Qusoi dan Korwil SMS (Sriwijaya Mania Sumsel) yang dipimpin Edy Ismail. Kelompok supporter inilah yang kemudian diakui oleh Manajemen sriwijaya FC sebagai supporter resmi Sriwijaya FC. Supporter Sriwijaya FC sejati selalu mengusung simbol Kuning sebagai warna kebesaran klub Sriwijaya FC.

Saat ini sriwijaya mania sumsel telah memiliki ribuan masa suporter yang ter organisir oleh beberapa korwil yang berada di kota palembang dan korda yang berada diluar kota palembang. Tecatat ada 24 sub korwil  dan 9 sub korda yang tergabung dalam wadah supporter Beladas Korwil SMS.

TROFI DFB POKAL, TROFI YANG BERTAMBAH TINGGI



Jika ada trofi yang mampu tumbuh lebih tinggi sebanyak dua kali, trofi DFB Pokal atau yang sering disebut Pott pastilah salah satunya. Trofi yang dibuat pada 1964 oleh Wilhelm Nagel ini aslinya hanya punya tinggi 47 cm. Namun, saat ini tingginya mencapai 52,4 cm.

Pertambahan tinggi trofi yang dibuat dari 250 gram emas murni ini terjadi pada 1991. Kala itu, DFB memutuskan untuk menambah dasar trofi setinggi 5 cm. Pertimbangannya, dasar trofi tak lagi mampu memuat tahun dan nama tim juara. Dengan penambahan tersebut, trofi yang pengerjaannya menghabiskan waktu setahun itu akan mampu memuat tahun dan nama juara hingga 2020.

Nah, yang unik adalah penambahan tinggi sebanyak 4 mm sisanya. Pertambahan tinggi Pott yang kedua ini terjadi akibat kecerobohan Rudi Assauer, Manajer FC Schalke 04 yang menjatuhkan Pott saat merayakan kemenangan timnya pada 2001-02. Akibatnya, enam dari total 42 batu kristal dan body Pott pun rusak.

Sebagai konsekuensi, DFB lantas menyuruh Schalke menyerahkan Pott kepada Nagel untuk direparasi. Tak tanggung-tanggung, biaya perbaikannya mencapai 32 ribu euro. Seperti sudah diduga, biaya perbaikan tersebut dibebankan kepada The Royal Blues. Nah, gara-gara perbaikan tersebut, tinggi Pott bertambah 4 mm.

Hal yang menarik, biaya perbaikan Pott ternyata lebih dari sepertiga estimasi harga materialnya yang mencapai 100 ribu euro. Meski demikian, sebenarnya nilai Pott lebih dari itu mengingat DFB Pokal adalah ajang bergengsi kedua di Jerman. Trofi ini hanya kalah gengsi dari Die Meisterschale, trofi juara Bundesliga 1.

Sekadar info, Pott adalah trofi pengganti Goldfasanen Pokal yang sebelumnya diperebutkan antara 1935-1943 dalam ajang yang diberi nama Tschammerpokal –diambil dari nama menteri olahraga zaman NAZI, Hans von Tschammer und Osten. Penggantian dilakukan atas inisiatif Dr. Peco Bauwens, Presiden DFB waktu itu, yang ingin menghilangkan aroma NAZI.

TROFI TERTUA YANG MASIH ADA



Piala FA Inggris yang pertama kali digelar musim 1871-72 memang tercatat sebagai turnamen tertua di dunia. Namun, berbicara soal usia trofi yang saat ini diperebutkan, Piala FA ternyata bukanlah yang tertua. Pasalnya, trofi asli Piala FA sudah raib pada 1895. Trofi yang sekarang diperebutkan adalah trofi keempat alias replika ketiga dan mulai diperebutkan pada 1992.

Adapun trofi tertua yang hingga saat ini masih ada dan diperebutkan adalah Piala Skotlandia yang pertama kali diperebutkan pada musim 1873-74. Trofinya sendiri dibeli dari sumbangan klub-klub atas surat permohonan Queen’s Park kepada Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (SFA). Surat tersebut intinya meminta SFA untuk menarik satu pound dari setiap klub guna membeli trofi yang nantinya mereka perebutkan.

Uniknya, Queen’s Park sendiri yang pertama kali merengkuh trofi tersebut. Pada partai final yang disaksikan 3.000 penonton, mereka mengalahkan Clydesdale dengan skor 2-0. Hingga saat ini, para juara akan menerima trofi asli, namun hanya akan membawa pulang replikanya yang dibuat sama persis dengan trofi aslinya.

Sepanjang penyelenggaraan, hanya satu kali trofi Piala Skotlandia tak diserahkan kepada sang juara. Itu terjadi pada 1909. Kala itu, Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers bertemu di final. Pada pertemuan pertama, pertandingan berakhir 2-2 sehingga dilakukan partai replay.

Sebelum partai replay itu, ada isu yang beredar bahwa SFA sebenarnya telah mengatur skor agar meraup banyak uang dari partai replay. Ini lantas menyulut amarah para fans kedua klub saat partai replay final dilangsungkan pada 17 April.

Saat hasil akhir menunjukkan angka 1-1 dan panitia mengumumkan tak ada perpanjangan waktu, para fans membanjiri lapangan dan merusak gawang. Mereka menguasai lapangan hingga 2,5 jam lamanya.

Celtic dan Rangers mengajukan petisi kepada SFA agar partai tersebut dibatalkan. Trofi dan medali pun tak diserahkan. Sebagai kompensasi, SFA memberikan uang 150 pounds bagi kedua kubu masing-masing sementara Queen’s Park mendapat 500 pounds sebagai kompensasi kerusakan lapangan yang terjadi.

SEJARAH PENGHARGAAN HERMANN TROPHY



AS memang bukan negara terkemuka di sepak bola. Namun, jangan salah, negeri ini ternyata punya perhatian besar kepada olahraga yang satu ini. Ingin tahu buktinya? Sejak 1967, di negeri ini ada penghargaan khusus yang diberikan kepada para pebola yang bergelut di kancah Liga Mahasiswa. Namanya Hermann Trophy.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Yayasan The Hermann Trophy yang pada 2002 menjalin kerjasama dengan Missouri Athletic Club. Pada awalnya penghargaan ini hanya diberikan kepada para pebola putra. Nah, sejak 1988, seiring makin berkembangnya sepak bola putri di AS, Hermann Trophy diberikan pula kepada para pebola putri yang berprestasi.

Hermann Trophy sendiri pada dasarnya mengambil ide dari Heisman Trophy, penghargaan untuk atlet american football terbaik di level mahasiswa yang diberikan sejak 1935. Hermann Trophy terbukti mampu melecut para pebola muda AS. Buktinya, beberapa penerima penghargaan ini muncul sebagai bintang sepak bola AS. Di antara mereka adalah Kristine Lily, Mia Hamm, Shannon MacMillan, Claudio Reyna, Alexi Lalas, Tony Meola dan Johnny Torres.

Johnny Torres

Prosedur pemilihan pemain terbaik yang akan menerima trofi ini dilakukan melalui voting yang melibatkan para anggota Soccer Coaches Association of America. Penganugerahannya sendiri dilakukan setiap awal tahun, tepatnya Januari, di markas Missouri Athletic Club yang terletak di St. Louis.

Nama Hermann sendiri diambil dari tokoh sepak bola ternama AS, Bob Hermann. Dia adalah presiden pertama National Professional Soccer League (NPSL) yang didirikan pada Juni 1966 dan menggulirkan liga profesional bernama North American Soccer League (NASL) setahun kemudian dengan menggandeng United Soccer Association yang tadinya berseberangan.

Hermann pula yang sangat berperan mendatangkan bintang-bintang besar macam Pele, Franz Beckenbauer, dan Johan Cruyff, ke NASL. Lebih dari itu, dia pun tercatat sebagai pemilik St. Louis Stars dan California Surf yang berkiprah pada musim 1980. Sederet bukti eksistensi di sepak bola AS itu membuatnya masuk ke dalam National Soccer Hall of Fame pada 2001. 

PIALA EROPA 1960, AWAL MULA PESTA SEPAKBOLA BENUA BIRU

Rabu, 07 November 2012



Tahun 1960 menjadi pesta pertama sepakbola di benua biru. Uni Soviet menjadi negara pertama yang mengukir sejarah dengan menjadi kampiun.

Sebanyak 17.966 penonton yang berada di Stadion Parc de Princes, Paris, Prancis menjadi saksi kesuksesan Uni Soviet saat menaklukkan Yugoslavia 2-1 dalam pertandingan final dengan perpanjangan waktu.

Sempat tertinggal lebih dulu oleh gol Milan Galic di menit 43, Metreveli bisa menyamakan kedudukan saat babak kedua baru berjalan empat menit. Viktor Ponedelnik akhirnya menjadi penentu sukses Uni Soviet lewat golnya di menit 113 setelah di masa normal skor 1-1 tetap bertahan.

Di turnamen pertama Piala Eropa ini, kompetisi menggunakan sistim knock out. Sebanyak 17 tim menjadi kontestan dengan beberapa tim yang terpaksa absen karena berbagai alasan, seperti Jerman Barat, Italia dan Inggris.

Tiap tim yang ambil bagian akan melakoni laga home and away hingga babak semifinal. Setelah empat tim yang memasuki semifinal diketahui, tuan rumah baru ditunjuk.

Uni Soviet diuntungkan oleh keputusan Spanyol yang menolak untuk berlaga di kandang tim yang dikapteni kiper legendaris Lev Yashin itu. Alhasil, Uni Soviet pun melenggang ke semifinal tanpa harus mengeluarkan keringat.

Uni Soviet Menjadi Juara Euro Edisi Pertama

Tiga tim lain yang masuk semifinal adalah Cekoslovakia, Yugoslavia dan tuan rumah Prancis. Cekoslovakia gagal membendung Uni Soviet dan akhirnya kalah 3-0, sementara Yugoslavia menaklukkan tuan rumah 5-4. Milan Galic saat pertandingan ini juga mencatat sejarah sebagai pemain yang mencetak gol tercepat, yaitu di menit ke-11.

Di perebutan tempat ketiga, Cekoslovakia mempermalukan Prancis dengan skor 2-0. Sementara di partai puncak, Ponedelnik menjadi pahlawan Uni Soviet lewat golnya tujuh menit menjelang masa perpanjangan waktu berakhir. Lev Yashin dkk menang 2-1.

Putaran final Euro 1960
Tuan rumah: Prancis
Waktu: 6-10 Juli 1960
Tim: 4
Juara: Uni Soviet
Runner up: Yugoslavia
Jumlah pertandingan: 4
Total gol: 19 (4,75 per game)
Topskorer: Francois Heutte (Prancis), Valentin Ivanov (Uni Soviet), Viktor Ponedelnik (Uni Soviet), Milan Galic (Yugoslava), Drazan Jerkovic (Yugoslavia) – 2 gol
Partai final : Uni Soviet 2 Yugoslavia 1
Waktu : 10 Juli 1960
Tempat : Parc des Princes, Paris
Penonton : 17.966
Skor : 2-1
Gol: Galic 42’ (0-1); Metreveli 49’ (1-1); Ponedelnik 113’ (2-1)
Wasit : Ken Ashton (Inggris)

SEJARAH SARUNG TANGAN KHUSUS KIPER



Pemakaian sarung tangan oleh kiper memang sudah dikenalkan Amadeo Carrizo pada medio 1940-an. Akan tetapi, sarung tangan yang dikenakan pada waktu itu masih terbuat dari wol dan biasanya hanya dikenakan pada musim dingin untuk mereduksi sengatan udara dingin yang bisa membekukan jemari tangan. Nah, sarung tangan khusus kiper baru dibuat pada 1970-an, tepatnya pada 1973.

Kala itu, Gebhard Reusch yang menjabat sebagai pemimpin perusahaan sarung tangan Reusch menggandeng Sepp Maier, kiper timnas Jerman Barat, untuk merancang sarung tangan khusus guna meningkatkan kinerja para kiper. Mereka melakukan beberapa uji coba terhadap bahan-bahan berbeda guna mendapatkan sarung tangan yang tepat.

Sebenarnya Reusch baru punya pengalaman satu tahun membuat sarung tangan khusus untuk olahraga, terutama ski. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi para atlet dari cuaca dingin dan medan yang dilalui. Nah, ketika memutuskan membuat sarung tangan untuk kiper, fungsi protektif dikesampingkan karena fungsi membantu menangkap bola lebih mengemuka.

Sarung Tangan Kiper Merk Reusch

Hal yang unik, bukan hanya Reusch yang memberi tawaran kerjasama kepada Maier. Kiper Bayern Muenchen itu ternyata sempat menerima tawaran sejenis dari Karl Krumpolz. Tapi, karena Krumpolz tak punya pabrik sendiri, Maier lantas lebih memilih Reusch.

Menurut Maier, Reusch berhasil membuat sarung tangan khusus yang terbuat bahan lateks untuknya dalam waktu hanya dua hari. Sarung tangan bersejarah itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari sarung tangan karet yang biasa digunakan di bidang kesehatan.

Sepp Maier dengan Produk Reusch

Ujian terhadap produk baru hasil kerjasama Reusch dan Maier terjadi pada Piala Dunia 1974. Hasilnya positif. Maier sebagai kiper utama timnas Jerman Barat berhasil membawa Die Nationalmannschaft menjadi juara. Di final, sarung tangan Reusch menjadi salah salah satu pembeda timnas Jerbar dengan lawannya, Belanda. Maklum, Jan Jongbloed mengawal gawang timnas Belanda tanpa sarung tangan.

KEPELOPORAN PETAR RADENKOVIC



Petar Radenkovic boleh dibilang sial. Dia mencuat seiring melesatnya kiper Uni Soviet, Lev Yashin, yang lantas disebut sebagai kiper terbaik dunia. Padahal, sebenarnya pria yang akrab dipanggil Radi ini tak kalah dibanding Yashin. Bahkan, dalam beberapa hal, dia melebihi kiper yang dijuluki Black Spider itu.

Radi adalah pelopor, terutama di sepak bola Jerman. Kiper asal Yugoslavia ini adalah satu dari hanya tiga pemain asing yang merumput pada pekan pertama saat Bundesliga digulirkan pada 1963. Sudah begitu, dia juga pelopor kiper yang tidak hanya berada di daerah gawangnya tapi juga merangsek hingga kotak penalti lawan.


Selain itu, dia juga pelopor selebriti lapangan hijau. Radi punya kerjaan sampingan sebagai model dan penyanyi. Kiprahnya di sana sama suksesnya dengan di lapangan hijau. Jika di lapangan hijau dia sempat meraih gelar juara Bundesliga, Piala Jerman, Piala Yugoslavia, dan medali perak olimpiade, di bidang tarik suara pun kiprahnya mengagumkan.

Buktinya, salah satu single-nya, Bin i Radi, Bin i Koenig yang dirilis April 1965 terjual sebanyak 400 ribu kopi dan sempat nangkring di posisi kelima chart Jerman pada tahun itu. Dalam lagu tersebut terdapat bait yang mengilustrasikan kelakuannya di lapangan yang berani sekaligus humoris.


Lagu itu juga menjadikannya perintis tradisi pebola-penyanyi yang lantas sangat popular di Jerman. Di antara yang mengikuti jejaknya adalah Gerd Mueller dan Franz Beckenbauer, dua bintang Die Nationalmannschaft

AMADEO CARRIZO PELOPOR KIPER BERSARUNG TANGAN

Senin, 05 November 2012



Satu ciri khas yang melekat pada seorang kiper dan membedakannya dari pemain lain adalah sarung tangan yang membungkus jemari dan telapak tangan. Namun, tahukah kamu, siapa penjaga gawang pertama yang memakainya? Dialah Amadeo Carrizo, salah satu kiper terbesar dan terbaik yang pernah dimiliki Argentina.

Carrizo memulai debut profesional bersama River Plate saat umurnya baru menginjak 19 tahun. Tak diketahui pasti apakah pada saat itu dia sudah mengenakan sarung tangan untuk memproteksi tangannya. Namun, satu hal yang jelas, Carrizo mulai memakainya antara dekade 1940-an dan 1950-an.

Sarung tangan yang dipakai Carrizo tentu belumlah seperti saat ini yang didesain dengan tingkat keamanan yang tinggi bagi pemakainya. Carrizo hanya memakai sarung tangan dari bahan kain biasa.


Ini sebuah terobosan baru karena di Eropa sendiri tren penggunaan sarung tangan oleh kiper baru marak pada 1970-an. Itu pun beberapa kiper justru merasa terbebani olehnya. Hingga 1980-an, masih banyak kiper yang tak suka memakai sarung tangan. Mereka hanya memakainya jika cuaca tidak bersahabat.

Sebelum teknologi sarung tangan diperkenalkan, para kiper tak berbeda jauh dengan para pemain di posisi lain. Pasalnya, saat berusaha menyelamatakan gawang dari gempuran lawan, mereka biasanya meluncur dengan kaki terlebih dahulu, tak ubahnya seorang bek saat melakukan tekel. Bahkan para kiper nomor wahid macam Frank Swift, Ted Ditchburn, dan Bert Trautmann pun melakukan hal serupa.

Selain sebagai pemakai sarung tangan pertama, Carrizo yang dijuluki Tarzan dan Si Mesin ini juga dikenal sebagai pelopor kiper yang tak ragu keluar dari wilayahnya. Menurut Eduardo Galeano, penulis buku Soccer in Sun and Shadow, Carrizo-lah kiper pertama yang tak ragu memulai serangan dan menggiring bola melewati pemain lawan. Sebelum Carrizo, tindakan gila seperti itu tak pernah terpikir sebelumnya. 

PERINTIS PERTAMA PEMAIN AFRIKA DI EROPA



Saat ini, kita mengenal banyak pebola berkulit hitam asal Afrika yang menjadi bintang di Eropa. Sebut saja Samuel Eto’o, Didier Drogba, Yaya Toure, Kolo Toure, Michael Essien, Nwankwo Kanu, dan Emmanuel Adebayor. Sebelumnya, ada nama-nama George Weah, Abedi Pele, Daniel Amokachi, dan Anthony Yeboah yang lebih dulu menyandang predikat sebagai superstar.

Akan tetapi, tahukah kamu siapa superstar pertama asal benua hitam itu? Dialah Steve Mokone, pemain asal Afrika Selatan era 1950-an hingga 1960-an. Julukannya The Black Meteor. Mokone adalah tonggak awal pebola berkulit hitam asal Afrika di kancah sepak bola profesional Eropa kala bergabung dengan Coventry City pada 1955-56.

Status pemain hitam Afrika pertama juga disandangnya saat menjajal Liga Belanda pada 1958-59 bersama Heracles Almelo. Di sinilah dirinya meraih status superstar. Tak tanggung-tanggung, dia disejajarkan dengan Alfredo di Stefano dan Ferenc Puskas, dua pemain terbaik Eropa kala itu. Dia pun kerap dibanding-bandingkan dengan Pele.

Salah satu bukti kehebatan pemain yang bakatnya sudah menarik perhatian sejak berumur 16 tahun itu adalah kala mencetak hat-trick ke gawang Dynamo Kiev dalam sebuah partai persahabatan bersama klubnya, Torino. Dialah orang pertama yang sanggup melakukannya ke gawang Kiev, klub terbaik Uni Soviet pada waktu itu.

Seorang kolomnis asal Italia, Giuseppe Branco tak ragu-ragu menulis bahwa jika Pele adalah Rolls-Royce, Stanley Matthews adalah Mercedes-Benz, dan Di Stefano adalah Cadillac, Mokone adalah Maserati-nya sepak bola. Sebutan itu diberikan saat pemain kelahiran Doornfontein itu membela Torino pada 1961.

Pengakuan lain atas kiprahnya bisa terlihat dari pengabadian namanya menjadi nama jalan di Amsterdam dan nama salah satu tribun di Stadion Polman, markas Heracles. Pemerintah Afrika Selatan sendiri pada 2003 menganugerahkan The Order of Ikhamanga Gold. kepada pemain yang pada 1950-an sudah mendapat bayaran 10 ribu pounds itu.


Hebatnya, Mokone juga sukses di jalur pendidikan. Saat mengakhiri karier gemilangnya pada 1964, dia kuliah di Rutgers University, AS, dengan mengambil studi psikologi. Tujuh tahun kemudian, dia diangkat sebagai asisten profesor bidang psikologi di University of Rochester setelah berhasil menyabet gelar doktor. 

SEJARAH PENGHARGAAN EBBENHOUTEN SCHOEN


Di sepak bola, Belgia memang punya ikatan kuat dengan Afrika. Negeri ini dikenal sebagai gerbang pertama para pebola Afrika yang mengadu nasib di Eropa. Banyak bintang sepakbola Afrika yang memulai kiprah gemilangnya di negeri ini. Sebut saja Victor Ikpeba, Samson Siasia, Celestine Babayaro, dan Daniel Amokachi.

Saking kentalnya hubungan Belgia dengan Afrika, di Jupiler League sejak 1992 ada penghargaan khusus yang diberikan kepada pemain berdarah Afrika. Namanya Ebbenhouten Schoen. Penerima penghargaan tahunan ini ditentukan oleh dewan juri yang terdiri dari para pelatih klub anggota Jupiler League, pelatih timnas Belgia, para jurnalis olahraga, dan beberapa juri kehormatan.

Pemain pertama yang berhasil menggondol trofi ini adalah Daniel Amokachi, striker bertenaga kuda asal Nigeria yang kala itu membela Club Brugge. Dalam kurun empat tahun kemudian, para pemain Nigeria selalu mendominasi.

Daniel Amokachi

Baru pada 1997 dominasi Nigeria runtuh ketika striker timnas Belgia, Emile Mpenza, terpilih sebagai pemain berdarah Afrika terbaik. Uniknya, Mpenza menjadi pemain non-Afrika pertama yang meraih penghargaan ini. Darah Kongo dalam dirinyalah yang membuatnya bisa merebut Ebbenhouten Schoen.

Tahun lalu, gelar pemain berdarah Afrika terbaik di Belgia itu jatuh ke tangan midfielder AA Gent, Moubarak Boussoufa. Dia menjadi pemain Afrika Utara kedua yang meraih gelar ini setelah Ahmed Hossam Mido pada 2001. Uniknya, Mido juga merebutnya kala berada membela panji Gent.

Daftar Peraih Ebbenhouten Schoen:
1992 Daniel Amokachi (Nigeria/Club Brugge)
1993 Victor Ikpeba (Nigeria/RFC Liege)
1994 Daniel Amokachi (Nigeria/Club Brugge)
1995 Godwin Okpara (Nigeria/Eendracht Aalst)
1996 Celestine Babayaro (Nigeria/Anderlecht)
1997 Emile Mpenza (Belgia/Mouscron)
1998 Eric Addo (Ghana/Club Brugge)
1999 Souleymane Oulare (Guinea/Genk)
2000 Herve Nzelo-Lembi (Kongo/Club Brugge)
2001 Ahmed Hossam (Mesir/AA Gent)
2002 Moumouni Dagano (Burkina Faso/Genk)
2003 Aruna Dindane (Pantai Gading/Anderlecht)
2004 Vincent Kompany (Belgia/Anderlecht)
2005 Vincent Kompany (Belgia/Anderlecht)
2006 Moubarak Boussoufa (Maroko/AA Gent)
2007 Mohammed Tchité (Burundi/Anderlecht)
2008 Marouane Fellaini (Belgia/Standard Luik)
2009 Mbark Boussoufa (Belanda/Anderlecht)
2010 Mbark Boussoufa (Belanda/Anderlecht)
2011 Romelu Lukaku (Belgia/Anderlecht)
2012 Dieumerci Mbokani (Kongo/Anderlecht)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pencarian

Translate