Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

ARSIP

Tampilkan postingan dengan label Peraturan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peraturan. Tampilkan semua postingan

SEJARAH LAHIRNYA PERATURAN BOSMAN

Minggu, 30 Desember 2012



Pada 15 Desember 1995, Pengadilan Eropa mengeluarkan keputusan terhadap kasus yang melibatkan gelandang asal Belgia, Jean-Marc Bosman. Alhasil, keputusan itu menjadi cikal bakal munculnya Aturan Bosman dalam transfer pemain.

Aturan ini menyebutkan, sebuah klub tidak bisa menahan pemainnya untuk hengkang ke klub lain apabila masa kontraknya telah usai dan klub yang menginginkan pemain tersebut bisa merekrutnya tanpa biaya.

Berawal dari kasus Bosman pada 8 Agustus 1990 antara dia dan klubnya, RC Liege. Saat itu, RC Liege kukuh tidak membiarkan Bosman hengkang ke klub divisi dua Prancis dengan cuma-cuma, US Dunkerque. Padahal, kontrak kerja sama Bosman dengan klub asal Belgia itu telah berakhir.

Bosman Saat Berkostum RC Liege

RC Liege mematok harga 1.2 juta Belgia franc. US Dunkerque yang tadinya tertarik akhirnya mengurungkan niatnya untuk memboyong Bosman dengan alasan menolak membayar nilai transfer yang dibebankan oleh RC Liege.

Pengadilan Eropa lantas menganggap tindakan RC Liege sebagai bentuk pengekangan ilegal dalam aktivitas perdagangan yang dilarang oleh pasal 39(1) dari perjanjian masyarakat Eropa (EC Treaty).

Malangnya, ketika Pengadilan Eropa menjatuhkan keputusan, Bosman sudah lebih dulu gantung sepatu. Namun nama Bosman menjadi terkenal setelah adanya tetapan dari pengadilan yang kemudian lebih dikenal dengan Aturan Bosman.

Berkat Bosman, banyak klub yang memperoleh keuntungan. Pasalnya, mereka bisa merekrut pemain yang tak lagi terikat kontrak kerja sama dengan klub lamanya tanpa mengeluarkan biaya.

Mulai dari pemain tanpa nama besar hingga bintang lapangan hijau bisa saja direkrut klub lain tanpa mengeluarkan sepeser uang pun. Contohnya, AC Milan saat merekrut Jon Dahl Tomasson dari Feyenoord Rotterdam, Shanghai Shenhua yang berhasil mendapatkan Didier Drogba setelah tidak memperpanjang kontraknya bersama Chelsea dan masih banyak lagi. (duniasoccer)

SEJARAH NOMOR PUNGGUNG BAJU

Minggu, 14 Oktober 2012



Nomor punggung pemain pertama kali digunakan tanggal 25 Agustus 1928, saat Arsenal dan Chelsea bertanding melawan The Wednesday (kemudian jadi Sheffield Wednesday) serta Swansea Town di hari yang sama.

Setelah beberapa kali eksperimen – tentu ada pihak kontra yang beranggapan nomor punggung bisa merusak warna kostum – maka Inggris memutuskan memberlakukan nomor punggung sebagai bentuk permanen dari kostum pesepakbola. Awalnya, sebelas pemain starting memakai pakaian bernomor punggung yang dirunut dari angka 1 hingga 11, dan seorang pemain dapat menggunakan nomor punggung berbeda dalam satu musim.

Walau tak ada aturan pasti yang menentukan nomor punggung mewakili posisi tertentu di lapangan, secara de facto sebuah standar telah muncul dan dipakai sebagian besar tim sepakbola, dengan beberapa pengecualian.

Secara umum para penjaga gawang memakai nomor punggung 1. Kesepakatan tak tertulis ini nyaris diterima secara universal. Bek atau pemain belakang mengunakan nomor 2 dan 6. Para gelandang kebanyakan memakai nomor 4, 6, 7, 8, 10, serta 11 (nomor 11 dan 7 secara tipikal digunakan para pemain sayap kiri dan kanan). Sementara para striker suka menggunakan nomor 9 dan 10, dan kadang walau kurang populer nomor 7, 8, serta 11.

Tatkala sistem pergantian pemain diperkenalkan dalam sepakbola di tahun 1965, pemain cadangan mengambil nomor punggung 12; saat pemain pengganti kedua diperkenankan, mereka mengenakan nomor 14. Yap, para pemain kala itu masih gentar memakai nomor 13 karena masih percaya takhayul angka tersebut bisa mendatangkan sial.

Pemakaian nomor punggung yang ditetapkan secara pasti pada tiap pemain dalam sebuah skuad diperkenalkan pada Piala Dunia 1954. Setiap pemain dari masing-masing negara yang masuk daftar 22 pemain memakai nomor punggung tertentu dan sama sepanjang turnamen berlangsung. Hasilnya, nomor punggung 12 hingga 22 bisa diberikan pemain lainnya di dalam skuad, tanpa perlu memperhatikan posisi pemain bersangkutan di lapangan.

ASAL USUL DAN SEJARAH OFFSIDE

Selasa, 09 Oktober 2012



Setiap penggemar sepakbola pasti tahu aturan offside, meski menjelaskannya dengan kata-kata terkadang susah dan menjengkelkan. Namun tahukah anda, sistem perangkap bertahan ini juga memiliki sejarah yang menarik.
Asal-Usul Istilah 'offside'
Istilah 'offside' diambil dari dunia militer. Dalam militer dikenal istilah 'off the strenght of his side', yang berarti status bebas tugas. Ketika seorang tentara dibebastugaskan, dia tidak akan mendapat keistimewaan dan gaji seperti biasanya.
Prinsip tersebut digunakan dalam sepakbola. Ketika seorang pemain berada dalam posisi offside, berarti dia dibebastugaskan alias terlepas dari permainan. Dalam hal ini, yang terjadi adalah sebuah pelanggaran.
Sejarah Aturan Offside
Catatan sejarah menunjukkan, Inggris telah menerapkan aturan offside sejak tahun 1800an. Peraturan ini diadopsi dari olahraga rugby yang juga cukup populer di sana. Konsepnya sama, melarang seorang pemain hanya diam menunggu umpan di depan gawang musuh.

Peraturan offside pertama kali diperkenalkan oleh sebuah klub profesional pada tahun 1985. Klub tersebut adalah Sheffield FC. Sheffield membuat aturan yang melarang seorang penyerang berdiri di dekat gawang lawan. Jika penyerang tersebut menerima umpan dari temannya, maka dia berada dalam posisi offside.
Namun pada masa itu peraturan ini masih bias dan kurang jelas.
Aturan 'Tiga Pemain Belakang'
Muncul banyak perbedaan pendapat tentang aturan offside. Hingga akhirnya Universitas Cambridge mencoba menyatukan berbagai versi dalam sebuah rumusan peraturan baku. Aturan baku ini diterima dan menjadi pegangan pada masa itu.
Aturannya cukup unik dan dikenal sebagai peraturan "tiga pemain belakang". Dalam peraturan ini seorang penyerang sudah dinyatakan offside meskipun di depannya masih ada tiga pemain belakang lawan, termasuk kiper. 
Aturan 'Dua Pemain Belakang'
Ketika FIFA mulai didirikan pada tahun 1904, seluruh peraturan sepakbola termasuk offside mulai dipikirkan secara serius. Asosiasi sepakbola Skotlandia mengusulkan untuk mengganti aturan "tiga pemain belakang" dengan hanya dua pemain belakang.
Seorang penyerang dikatakan offside jika hanya ada dua pemain belakang lawan yang berdiri di antara dia dan gawang musuh. Normalnya dalam situasi standard, dua pemain belakang itu adalah seorang kiper plus satu orang bek.
Perubahan peraturan ini diberlakukan sejak tahun 1925, dan menghasilkan permainan yang lebih atraktif. Karena peluang terjadinya offside lebih kecil, gol yang tercipta pun menjadi lebih banyak.

Dampak aturan Offside
Peraturan offside telah memicu terjadinya perubahan pola dan gaya permainan. Setiap pelatih dipaksa berpikir keras untuk menaklukkan aturan offside dalam menyerang dan menjadikannya sebuah perangkap jitu dalam pertahanan.
Agak lucu jika mengingat pada masa itu pola 2-3-5 menjadi sangat populer. Posisi sweeper pun kemudian dimunculkan untuk menghalau umpan-umpan terobosan lawan yang berpotensi lolos dari jebakan offside.
Aturan 'Satu Pemain Belakang'
Pada tahun 1990, peraturan offside kembali direvisi. Seorang penyerang dikatakan dalam posisi offside, jika pada saat menerima umpan hanya tinggal satu pemain belakang lawan di depannya. Dalam situasi normal, pemain belakang itu adalah kiper.
Aturan ini mulai diterapkan pada Piala Dunia 1990 di Italia.
Aturan 'Tidak Terlibat Aktif dalam Permainan'
Pada tahun 2003, FIFA membuat tambahan peraturan tentang offside yang lebih lunak. Ketika seorang penyerang berada dalam posisi offside, dia bisa dinyatakan tidak offside. Syaratnya, pemain tersebut tidak terlibat aktif dalam permainan. Revisi ini telah menyempurnakan aturan offside, namun di sisi lain juga menimbulkan kontroversi. Perbedaam persepsi antara wasit dan pemain seringkali menjadi pemicu masalah.

SEJARAH ADU PENALTI

Jumat, 21 September 2012



Sebelum tahun 1976, pemenang pertandingan Piala Eropa ditentukan dengan sistem yang melelahkan jika hingga perpanjangan waktu usai belum juga ada tim yang unggul. Ketika itu, selesainya Piala Eropa pun tak bisa dipastikan dan muncul kerisauan turnamen tersebut diperpanjang tanpa kejelasan batas waktu.

Pada Piala Eropa 1968 di Italia, misalnya, tuan rumah berhasil menembus final dan berhadapan dengan Yugoslavia di Stadio Olimpico, Roma, pada 8 Juni. Hasilnya, skor kedua tim imbang 1-1, yang tetap berlanjut hingga perpanjangan waktu berakhir.

Pertandingan akhirnya diulang dua hari kemudian. Kali ini, Italia mampu menggulung Yugoslavia dengan unggul dua gol tanpa bisa dibalas lawan. Pada pertandingan-pertandingan Piala Eropa sebelumnya, laga ulang tak perlu dilakukan karena salah satu tim bisa mendapatkan angka lebih tinggi dari kompetitornya.

Pada Piala Eropa 1976, adu penalti untuk menentukan pemenang digelar pertama kalinya dalam final di Stadion Crvena Zvezda, Beograd, pada 20 Juni. Jerman Barat dan Cekoslowakia berebut gelar juara. Setelah perpanjangan waktu selesai, skor tetap imbang 2-2.

Cekoslowakia akhirnya memboyong trofi Henri Delaunay untuk pertama kali setelah gelandang Antonin Panenka menjadi penentu kemenangan. Ia menjebol gawang Jerman Barat yang dijaga Sepp Maier dengan tendangan kondang bernama chip shot. Skor laga tersebut berakhir 5-3.

Peraturan mengenai adu penalti ditetapkan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mulai tahun 1970. Piala Eropa 1976 merupakan salah satu pesta sepak bola akbar paling awal yang pesertanya melakukan adu penalti.

Selanjutnya, Piala Dunia 1982 menjadi pesta sepak bola yang menerapkan adu penalti saat Jerman Barat menghadapi Perancis di semifinal. Adu penalti berakhir dengan skor 5-4 untuk kemenangan Jerman Barat. Selanjutnya, adu penalti lazim diadakan dalam berbagai turnamen sepak bola, termasuk Piala Eropa.

Seiring waktu, laga yang berakhir dengan adu penalti kerap disayangkan sebagian pencandu sepak bola karena dinilai lebih mengandalkan nasib baik ketimbang teknik bermain. Meski demikian, ada juga kalangan yang menyebut adu penalti justru menarik.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pencarian

Translate