Kekerasan yang
disebabkan pendukung fanatik sepak bola atau hooliganisme sudah berlangsung
lama. Ulah para pelaku kekacauan yang disebut hooligan itu bisa dilacak tidak
hanya sejak puluhan tahun lalu, tetapi hingga berabad-abad lampau.
Peristiwa
pertama yang disebabkan hooligan tak bisa dipastikan, tetapi dapat ditelurusi
pada abad ke-14. Pada tahun 1314, Raja Inggris Edward II melarang sepak bola
yang saat itu masih dilakukan warga desa secara sembarangan dengan menendang
kandung kemih babi di lahan kosong.
Edward yakin,
kegiatan tanpa peraturan itu bisa menyebabkan gangguan ketertiban. Kerusuhan
yang tercatat pertama kali dalam olahraga modern terjadi pada dasawarsa 1880-an
di Inggris. Saat itu, pendukung klub sepak bola kerap mengganggu wasit serta
suporter dan pemain lawan.
Pada tahun 1885,
setelah klub Preston North End mengalahkan Aston Villa 0-5 dalam pertandingan
persahabatan, hooligan mengacau. Pemain kedua tim dilempari batu, diserang
dengan tongkat, dipukul, ditendang, dan diludahi. Tahun berikutnya, fans
Preston North End berkelahi dengan pendukung Queen’s Park di stasiun kereta
api.
Dalam buku The
Oxford English Dictionary dijelaskan, kata hooligan berasal dari nama keluarga
fiksi Irlandia yang kerap membuat kebisingan di sebuah gedung konser pada era
1890-an. Kata hooligan lalu kerap digunakan sejak pertengahan dasawarsa tahun
1890.
Istilah itu
digunakan untuk menyebut geng jalanan di London, Inggris. Masa itu hampir
bersamaan dengan mulai dikenalnya Scuttlers, geng yang kerap membuat onar di
kota Manchester, Inggris. Karena asal-usulnya itu, tak heran jika Inggris
sangat kental dengan hooligan.
Pada tahun
1978, kerusuhan berskala besar pecah di Stadion The Den, London, setelah laga
perempat final antara Milwall dan Ipswich. Botol, pisau, batang besi, sepatu
bot, dan pecahan beton beterbangan di udara menyebabkan belasan orang terluka.
Pada Maret
1985, hooligan membuat kekacauan meluas di Luton, Inggris, saat Piala FA
berlangsung. Pada Mei 1985, 39 pendukung Juventus terimpit hingga tewas di
Heysel Stadium, Brussels, Belgia, sebelum final Liga Champions antara Liverpool
dan Juventus. Selain itu, 96 suporter tewas dalam bencana Hillsborough pada
tahun 1989.
Indonesia pun
tak luput dari tragedi serupa. Peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi,
misalnya, empat suporter di Indonesia tewas dalam dua pekan hingga awal Juni
2012. Lazuardi (29), misalnya, meninggal dunia di tengah pertandingan Persija
Jakarta melawan Persib Bandung di Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar